BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Tanah
adalah akumulasi tubuh tanah alam bebas, menduduki sebagian besar
permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat
sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup
yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan
relief tertentu selama jangka waktu
tertentu pula. Ilmu tanah sebagai ilmu pengetahuan alam yang
masih muda, sehingga masih belum lengkap
untuk menampung semua persoalan
teori dan praktek dengan memuaskan. Untuk
membahas ilmu ini dapat ditempuh dua jalan yang berbeda dalam sudut
pandangnya adalah :
Pedologi : ilmu tanah
yang mempelajari tanah sebagai suatu bagian dari alam yang berada
dipermukaan bumi, yang menekankan hubungan antara tanah itu sendiri dengan
faktor pembentuknya.
Edaphologi : ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu alat produksi pertanian yaitu yang mempelajari tanah sebagai alat dengan hubungannya pada tanaman.
Edaphologi : ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu alat produksi pertanian yaitu yang mempelajari tanah sebagai alat dengan hubungannya pada tanaman.
Dalam kenyatannya sebagian besar
dari tanah yang ada dipermukaan bumi ini dipergunakan
sebagai usaha pertanian, maka dapat
dikatakan bahwa tanah adalah alat produksi yang
menghasilkan berbagai produk pertanian. Sehingga tanah
merupakan komponen hidup dari lingkungan
yang penting, yang dimanipulasi untuk
mempengaruhi tanaman dengan memperhatikan sifat fisik,
kimia dan biologinya.
Pada dasarnya, tanah merupakan tubuh
alam. Namun demikian, banyak tanah yang memperlihatkan tanda-tanda pengaruh
antropogen. Sebagai contoh struktur tanah berubah-ubah karena lalu lintas,
susunan kimia tanah berubah karena irigasi dan pemupukan. Struktur sendiri
merupakan susunan zarah-zarah tanah yang saling berikatan, membentuk agregat
dengan bantuan bahan sementasi/perekat (misalnya humus, kapur, oksida
besi/aluminium, dan sekresi/ekskresi tumbuhan dan jasad renik. Oleh karena itu,
struktur tanah merupakan bagian dari sifat fisik tanah.
A.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan struktur
tanah
2. Apa saja macam-macam struktur tanah
3. Apa yang dimaksud profil dan solum
tnah
C .
Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud
dengan struktur tanah
2. Untuk mengetahui yang dimaksud
macam-macam struktur tanah
3. Untuk mengetahui yang dimaksud
profil dan solum tanah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari
butir-butir tanah. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan
lempung terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik,
oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk,
ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda. Tanah yang dikatakan tidak
berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain (disebut lepas,
misalnya tanah pasir) atau yang saling melekat menjadi satu satuan yang padu
(kompak) dan disebut massive atau pejal( Hardjowigeno, 1987).
Selanjutnya menurut Hardjowigeno (1987), tanah yang berstruktur baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk, di samping itu tanah tidak mudah rusak sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan.
Selanjutnya menurut Hardjowigeno (1987), tanah yang berstruktur baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk, di samping itu tanah tidak mudah rusak sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan.
Partikel-partikel primer di dalam
tanah tergantung dalam suatu kelompok yang dinamakan sebagai agregat tanah,
yang merupakan satuan dasr struktur tanah. Agregat terbentuk diawali dengan
suatu mekanisme yang menyatukan pertikel-partikel primer membentuk kelompok
atau gugus (cluster) dan dilanjutkan dengan adanya sesuatu yang dapat mengikat
menjadi lebih kuat (sementasi) (Baroto dan Siradz, 2006).
Struktur tanah merupakan sifat fisik
tanah yang menggambarkan susunan keruangan partikel-partikel tanah yang
bergantung satu dengan yang lain membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi,
struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi satu
kelompok partikel (cluster) yang disebut agregat, yang dapat dipisah-pisahkan
kembali serta mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan partikel primer yang
tidak teragregasi (Wiyono et al., 2006).
Struktur tanah dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik, perharaan, kation, dan mikroorganisme. Bila terjadi
kerusakan pada tanah maka diperlukan perbaikan tanah agar tanaman dapat tumbuh
dengan baik, seperti pada tanah podzolik dilakukan dengan memperbaiki kandungan
organiknya, meningkatkan unsur hara seperti fosfor dari oksida Fe dan Al,
selain itu juga memperbaiki sifat fisik dan struktur tanahnya dan membentuk
senyawa kompleks dengan unsur mikro sehingga mengurangi proses pencucian sulfur
(Anonim, 2005).
Pada dasarnya struktur tanah adalah
kondisi fisik yang berbeda dari bahan awalnya dan dapat berhubungan dengan
proses-proses pembentukan tanah. Untuk tanah tersebut menggambarkan struktur
dalam profil tanah yang terbaik adalah untuk memeriksa seberapa jauh mengenali
unit structural yang lebih besar (Kohnke. 1986).
Struktur tanah dapat dibagi ke dalam
tiga bentuk yaitu berbutir tunggal, massif, dan beragregat. Apabila keseluruhan
partikel tanah saling lepas satu sama lain, seperti yang dapat kita jumpai pada
tanah berkelas tekstur pasir, struktur tanahnya dikatakan berbutir tunggak.
Dalam pustaka lama, masih disebut sebagai tanah yang tidak bertekstur atau
berbutir lepas. Sebaliknya apabila partikel-partikel tanah saling beriaktan
kuat, maka struktur tanahnya disebut massif (Indranada, 1986).
Fase padat tanah terdiri dari
partikel dengan ukuran terkumpul bersama dalam jalan yang berbeda-beda. Hasil
struktur dan ukuran, bentuk dan penyusun dari agregat-agregat dapat menjadi
terpisah selama terjadi keretakan dan permukaan alami dari kelemahan yang
dicatat sebagai dasar karakteristik tanah. Agregat adalah bentuk dan ukuran
yang irregular tetapi tidak pernah dibedakan meskipun ada alasan untuk
membedakannya, yaitu kekerasan yang sama (Marshall dan Holmes, 1978).
Struktur tanah adalah
penyusunan zarah-zarah tanah individual satu terhadap yang lain menjadi suatu
pola. Struktur tanah adalah susunan pori-pori tanah kecil, sedang dan besar
dalam suatu pola .Struktur tanah bukan merupakan faktor tumbuh tanama tetapi
berpengaruh terhadap semua factor pertumbuhan tanaman, seperti dalam hal
pemasokan air,aerasi, ketersediaan hara, kegiatan mikrobia,penembusan akar dll.
(Dwi Priyo Ariyanto,2010
BAB III
PEMBAHASAN
A
. Sruktur Tanah
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang
menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu
dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis.
Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana,
partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah
dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat
(gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara
agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk
tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang
kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa
struktur disebut granular.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap
pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah
(ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi
persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang
padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada
tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak
yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar
pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan
akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada
setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu
akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang
berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan
ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung
tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar
akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk
menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang dengan
baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu faktor
utama pembentuk agregat tanah.
Kedalaman
atau solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan besar kecilnya air limpasan
permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam (>90
cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan
terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan
permukaan (longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal, struktur padat,
dan penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang
terinfiltrasi dan sebagian besar menjadi aliran permukaan (longsor)
B . Pembentukan Agregat
Menurut Gedroits (1955) ada dua tingkatan pembentuk
agregat tanah, yaitu:
1.
Kaogulasi koloid tanah (pengaruh Ca2+) kedalam agregat tanah mikro
2.
Sementasi (pengikat) agregat mikro kedalam agregat makro.
Teori pembentukan tanah berdasarkan flokulasi dapat
terjadi pada tanah yang berada dalam larutan, misal pada tanah yang agregatnya
telah dihancurkan oleh air hujan atau pada tanah sawah. Menurut utomo dan
Dexter (1982) menyatakan bahwa retakan terjadi karena pembengkakan dan
pengerutan sebagai akibat dari pembasahan dan pengeringan yang berperan penting
dalam pembentukan agregat.
Dapat diambil kesimpulan bahwa agregat tanah
terbentuk sebagai akibat adanya interaksi dari butiran tunggal, liat, oksioda
besi/ almunium dan bahan organik. Agregat yang baik terbentuk karena flokuasi
maupun oleh terjadinya retakan tanah yang kemudian dimantapkan oleh pengikat
(sementasi) yang terjadi secara kimia atau adanya aktifitas biologi.
C . Faktor Yang
Mempengaruhi Pembentukan Agregat
1.
Bahan Induk
Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi
pembentukan agregat-agregat tanah serta kemantapan yang terbentuk. Kandungan
liat menentukan dalam pembentukan agregat, karena liat berfungsi sebagai
pengikat yang diabsorbsi pada permukaan butiran pasir dan setelah dihidrasi
tingkat reversiblenya sangat lambat. Kandungan liat > 30% akan berpengaruh
terhadap agregasi, sedangakan kandungan liat < 30% tidak berpengaruh
terhadap agregasi.
2.
Bahan organik tanah
Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah
mengalami pencucian. Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme
tanah. Sehingga bahan organik dan organisme di dalam tanah saling berhubungan
erat.
3.
Tanaman
Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu
pembentukan agregat yang mantap. Akar tanaman dapat menembus tanah dan
membentuk celah-celah. Disamping itu dengan adanya tekanan akar, maka
butir-butir tanah semakin melekat dan padat. Selain itu celah-celah tersebut
dapat terbentuk dari air yang diserp oleh tnaman tesebut.
4.
Organisme tanah
Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya
agregat. Selain itu juga mampu berperan langsung dengan membuat lubang dan menggemburkna
tanaman.Secara tidak langsung merombak sisa-sisa tanaman yang setelah
dipergunakan akan dikeluarlan lagi menjadi bahan pengikat tanah.
5.
Waktu
Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah
berjalan. Semakin lama waktu berjalan, maka agregat yang terbentuk pada tanah
tersebut semakin mantap.
6.
Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan,
pembasahan, pembekuan, pencairan. Iklim merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap pembentukan agregat tanah.
D. Macam Macam Struktur
Tanah
1.
Struktu tanah berbutir (granular): Agregat yang membulat, biasanya diameternya
tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam keadaan lepas
disebut “Crumbs” atau Spherical.
2.
Kubus (Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu vertikal.
Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya membulat
maka disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya dapat mencapai 10
cm.
3.
Lempeng (platy): Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu
vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi
(deposited).
4.
Prisma: Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu horizontal.
Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6 sisi dan diameternya
mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B tanah berliat. Jika bentuk
puncaknya datar disebut prismatik dan membulat disebut kolumner.
Penyipatan strukur tanah meliputi 3 hal yaitu bentuk,
tingkat perkembangan dan ukuran.
Bentuk
struktur tanah dibedakan menjadi :
1. Lempeng (platy) : sumbu vertikal lebih pendek dari sumbu horisontal.
2. Prismatik (prismatic) :
sumbu vertikal lebih panjang dari sumbu horisontal. Sisi atas tidak membulat.
3. Tiang (columnar) : sumbu
vertikal lebih panjang dari sumbu horisontal. Sisi-sisi atas membulat.
4. Gumpal bersudut
(angular blocky) : sumbu vertikal sama dengan sumbu horisontal. Sisi-sisi
membentuk sudut tajam.
5. Gumpal membulat
(subangular blocky) : sumbu vertikal sama dengan sumbu horisontal. Sisi-sisi
membentuk sudut membulat.
6. Granuler (granular) :
membulat, atau banyak sisi. Masing-masing buitr ped tidak porous.
7. Remah (crumb) : membulat
atau banyak sisi, sangat porous.
Tingkat
Perkembangan atau Kemantapan Struktur
1. Lemah : butir-buitr
strukutr dapat dilihat, tetapi sudah rusak dan hancur waktu diambil dari profil
tanah untuk diperiksa.
2. Sedang :
butir-buitr struktur agak kuat dan tidak hancur waktu diambil dari profil untuk
diperiksa.
3. Kuat :
butir-butir struktur tidak rusak waktu diambil dari profil tanah dan tidak
hancur walaupun digerak-gerakkan.
Ukuran
Struktur
1. Untuk bentuk struktur lempeng, granuler
dan remah :
Ø sangat halus/tipis : < 1 mm.
Ø halus : 1-2 mm.
Ø sedang : 2-5 mm.
Ø kasar/tebal : 5-10 mm.
Ø sangat kasar : > 10 mm.
2. Untuk
bentuk struktur gumpal membulat dan gumpal menyudut :
Ø sangat halus : < 5 mm.
Ø halus : 5-10
mm.
Ø sedang : 10-20 mm.
Ø kasar : 20-50
mm.
Ø sangat kasar : > 50 mm.
3. Untuk
bentuk struktur prismatik dan tiang :
Ø sangat halus/tipis : < 10 mm.
Ø halus : 10-20
mm.
Ø sedang : 20-50 mm.
Ø kasar/tebal : 50-100 mm.
Ø sangat kasar : > 100 mm.
E. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Struktur Tanah
Adapun factor – factor yang mempengaruhi pembentukan struktur tanah adalah :
1. Bahan organic
Yang mana dalam pembentukan struktur tanah ini bahan organic berfungsi sebagai perekat atau lem.
2. Aktivitas makhluk hidup
Bila didalam tanah banyak aktifitas makhluk hidupnya,maka tanah akan menjadi gembur dan akibatnya struktur tanah menjadi lemah.
3. Tekstur
Tekstur menunjukan perbandingan relatif pasir, debu dan liat dalam tanah. Tekstur juga menunjukan keadaan kasar atau halusnya suatu tanah itu,dari penjelasan diatas dilihat. hubungan antara struktur dengan tekstur tanah yaitu tekstur tanah sangat butuh peran dalam menentukan struktur tingkat kesulitan dan kemudahan daya oleh tanah dan drainase tanah. Tanah yang kemantapan rendah makin mudah diolah karena kandungan liatnya sedikit dan sebaliknya. Tekstur tanah dengan struktur tanah erat sekali hubungannya. Sebagai contohnya, bila tekstur tanahnya pasir maka struktur tanahnya granuler.
4. Perakaran
Akar berfungi untuk mendukung berdirinya tanaman dan mengangkut serta menyerap air dan zat – zat makanan dari dalam tanah. Bila akar tanaman tersebut kuat maka akan mengubah struktur dari tanah tersebut, yang semula gumpalan menjadi gumpal bersudut.
5. Organisme
Dalam hal ini sama saja dengan factor aktivitas makhluk hidup, yakni bila di dalam tanah banyak terdapat organisme maka tanah menjadi gembur dan berakibat pada struktur tanahnya yang menjadi lemah.
6. Bahan Induk
Bahan organik mempunyai sifat mengikat, memperbesar kemungkinan penggumpalan yang mencirikan pada agregat individual. Bahan organik berperan sebagai perekat partikel-partikel tanah sehingga jika bahan tersedia dalam jumlah banyak partikel tanah sehingga mudah menyatu dan dapat dibentuk srtuktur egregat yang kuat kemantapannya.
7. Erosi
Tanah selalu peka terhadap erosi air. Bahan hasil erosi mungkin diendapkan di lembah-lembah sungai untuk menjadi bahan pembentuk tanah baru, atau mungkin terangkut sampai ke laut. Sehingga bila struktur tanahnya tidak mantap maka erosi akan terjadi.
F. Faktor yang Dipengaruhi Struktur Tanah
Adapun factor – factor yang dipengaruhi struktur tanah adalah :
1. Perakaran
Misalnya bila struktur tanahnya mantap maka akar akan sulit menembus.
2. Porositas
Pori besar menyediakan aerasi, infiltrasi dan drainasi,pori sedang memberikan kemudahan bagi penghantaran air, pori kecil sebagai tandon air yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman.
3. daya menahan air
Bila strukturnya memiliki pori yang halus maka tanah memiliki daya menahan air yang lebih sedikit pula.
4. pertumbuhan tanaman
Struktur tanahnya mantap maka akar akan sulit menembus,maka pertumbuhan tanaman akan sulit dan membutuhkan pengolahan tanah yang keras.
Adapun factor – factor yang mempengaruhi pembentukan struktur tanah adalah :
1. Bahan organic
Yang mana dalam pembentukan struktur tanah ini bahan organic berfungsi sebagai perekat atau lem.
2. Aktivitas makhluk hidup
Bila didalam tanah banyak aktifitas makhluk hidupnya,maka tanah akan menjadi gembur dan akibatnya struktur tanah menjadi lemah.
3. Tekstur
Tekstur menunjukan perbandingan relatif pasir, debu dan liat dalam tanah. Tekstur juga menunjukan keadaan kasar atau halusnya suatu tanah itu,dari penjelasan diatas dilihat. hubungan antara struktur dengan tekstur tanah yaitu tekstur tanah sangat butuh peran dalam menentukan struktur tingkat kesulitan dan kemudahan daya oleh tanah dan drainase tanah. Tanah yang kemantapan rendah makin mudah diolah karena kandungan liatnya sedikit dan sebaliknya. Tekstur tanah dengan struktur tanah erat sekali hubungannya. Sebagai contohnya, bila tekstur tanahnya pasir maka struktur tanahnya granuler.
4. Perakaran
Akar berfungi untuk mendukung berdirinya tanaman dan mengangkut serta menyerap air dan zat – zat makanan dari dalam tanah. Bila akar tanaman tersebut kuat maka akan mengubah struktur dari tanah tersebut, yang semula gumpalan menjadi gumpal bersudut.
5. Organisme
Dalam hal ini sama saja dengan factor aktivitas makhluk hidup, yakni bila di dalam tanah banyak terdapat organisme maka tanah menjadi gembur dan berakibat pada struktur tanahnya yang menjadi lemah.
6. Bahan Induk
Bahan organik mempunyai sifat mengikat, memperbesar kemungkinan penggumpalan yang mencirikan pada agregat individual. Bahan organik berperan sebagai perekat partikel-partikel tanah sehingga jika bahan tersedia dalam jumlah banyak partikel tanah sehingga mudah menyatu dan dapat dibentuk srtuktur egregat yang kuat kemantapannya.
7. Erosi
Tanah selalu peka terhadap erosi air. Bahan hasil erosi mungkin diendapkan di lembah-lembah sungai untuk menjadi bahan pembentuk tanah baru, atau mungkin terangkut sampai ke laut. Sehingga bila struktur tanahnya tidak mantap maka erosi akan terjadi.
F. Faktor yang Dipengaruhi Struktur Tanah
Adapun factor – factor yang dipengaruhi struktur tanah adalah :
1. Perakaran
Misalnya bila struktur tanahnya mantap maka akar akan sulit menembus.
2. Porositas
Pori besar menyediakan aerasi, infiltrasi dan drainasi,pori sedang memberikan kemudahan bagi penghantaran air, pori kecil sebagai tandon air yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman.
3. daya menahan air
Bila strukturnya memiliki pori yang halus maka tanah memiliki daya menahan air yang lebih sedikit pula.
4. pertumbuhan tanaman
Struktur tanahnya mantap maka akar akan sulit menembus,maka pertumbuhan tanaman akan sulit dan membutuhkan pengolahan tanah yang keras.
G. Pengaruh Struktur Tanah Terhadap Pertumbuhan
Tanaman
Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh
tekstur terhadap kondisi drainase atau aerasi tanah, karena susunan antara ped
atau agregat tanah menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antar
partikel primer. Oleh karena itu, tanah yang berstruktur baik akan mempunya
kondisi drainase dan aerasi yang baik pula, sehingga lebih memudahkan sistem
perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan mengabsorpsi (menyerap) hara dan air,
sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik (Hanafiah, 2004).
BAB IV
PENUTUP
A . KESIMPULAN
Struktur tanah merupakan
gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akbiat melekatnya butir-butir tanah satu
samalain. Satu unit struktur disebut ped. Apabila unit-unit struktur tersebut
tidak terbentuk maka dikatakan bahwa tanah tersebut tidak berstruktur. Dalam
hal ini ada dua kemungkinan yaitu : 1) Butir tunggal (single grain) =
butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain (contoh tanah pasir); 2) Pejal
(massive) = buitr-butir tanah melekat satu sama lain dengan kuat sehingga tidak
membentuk gumpalan-gumpalan (ped).
Profil tanah adalah penampang melintang
(vertikal) tanah yang terdiri atas lapisan tanah (solum) dan lapisan
bahan induk. Adapun solum tanah
adalah bagian dari profil tanah yang terbentuk sebagai akibat proses
pembentukan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Strukrur
Tanah dan Tekstur Tanah, from : http://helmysuhendar.blogspot.com/2013/03/makalah-tanah-struktur-jenis-teksture.html , 14 mei 2013
Struktur Tanah, From : http://agussupriana.blogspot.com/2012/05/pengertian-struktur-tanah.html , 14 Mei 2013
Anjayani,Eni.2009.Geografi:
Untuk Kelas X SMA/MA.Jakarta:PT. Cempaka Putih.
Hartono.2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: CV. Citra Praya.
Hartono.2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: CV. Citra Praya.
- See more
at: http://www.siswapedia.com/lapisan-lapisan-tanah-profil-dan-solum-tanah/#sthash.rJdHouQN.dpuf
Baroto dan Siradz. 2006. Kandungan tanah dan air di daerah
aliran sungai code. Jurnal Ilmu Tanah 6 : 110-111
Indranada, H.K. 1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah. PT Bina
Aksari, Jakarta.
Kohnke, H. 1986. Soil Physics. Tata Mc Grow Hill Rubi Co.
Ltd, New York.
Marshall, T. J and J. W. Holmes. 1987. Soil Physics.
Cambridge University Press, New York.
Wiyono, A., Syamsul, dan E. Hanudin. 2006. Aplikasi soil
taxonomy pada tanah-tanah yang berkembang dari bentukan karst gunung kidul.
Jurnal Ilmu Tanah 6 : 13-26.
Hadi
Utomo, W. 1982. Dasar-Dasr Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya: Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar